Selasa, 03 Desember 2019

Terjebak Fatamorganamu


Namaku ayu, usiaku saat ini 29 tahun, aku adalah ibu dari seorang bayi lucu yang saat ini genap berusia 2 tahun. Aku seorang wanita karir yang sudah terbiasa untuk mandiri, meskipun ibuku adalah seorang pemilik jasa usaha sewa dekorasi pelaminan dan rias pengntin yang lumayan terkenal, tapi aku tidak pernah menggantungan hidupku padanya. Hingga tepat di usia 24 tahun aku telah berhasil meraih gelar S2 di di universitas Budi Luhur dengan hasil cumlaude, aku sempat menunda untuk melanjutkan S2 ku karena ingin mengumpulkan biaya kuliah dengan bekerja. Saya bekerja di berbagai macam perusahaan, mulai dari perusahaan jasa, administrasi hingga laundry pun saya jalani. Akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan S2 dan mengambil kelas karyawan, karena sebagian waktu saya, saya gunakan untuk bekerja.

Pertempuran batin saya dimulai sejak saya menikah dengan suami saya. Awalnya kami bertemu saat acara reuni SMA, kebetulan suami saya adalah teman dari teman SMA saya. Dari situ saya mulai dekat dengan nya. Oh ya nama suami saya Hardi. Setelah masa perkenalan selama 2 minggu, Hardi mengajak saya ke rumahnya yang berada di kawasan bandung, tanpa berpikir panjang, saya pun mengiyakan ajakan Hardi. Setelah meminta ijin dengan mamah saya dan mas Hardi pun berangkat ke Bandung.

 Waktu itu Hardi yang aku kenal adalah pemuda yang sangat sopan, dan sederhana, dia tinggal di sebuah kos yang biasa saja, dan menggunakan motor matic sebagai transportasinya, waktu itu Hardi bekerja di BPN sebagai tenaga honorer. Setelah ijin dengan mamah dan bapak, aku pun berangkat ke bandung. Pengalaman pertama ku mendatangi rumah Hardi beegitu sangat luar biasa. Aku hampir tak percaya, semua berbeda 180 derajad, Hardi yang aku tau hanya pemuda biasa, ternyata dia adalah anak konglomerat, rumah mewah 2 lantai bak istana kerajaan, ayahnya seorang direktur bank swasta di Bandung, ibunya pejabat di sebuah BPN di Bandung. Usaha ayahnya pun berjejer dimana-mana. Aku seperti tersihir di buatnya, mataku tak hentinya menyelami isi rumah mewah yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Ibunya juga sangat baik padaku, baik sekali.

Tanpa menunggu terlalu lama, karena usia kami yang sudah tak muda lagi, hampir kepala tiga, akhirnya ibuku menerima lamaran dari Hardi tanpa sepengetahuan Bapak, Bapak sempat tak merestui hubungan saya dan mas Hardi untuk ke jenjang pernikahan, entah apa yang ada di benak Bapak hingga tak merestui niat baik kita. Namun, mamah yang memang keras kepala, dan sudah membulatkan tekat untuk menjodohkan saya dan mas Hardi tidak mau mendengar saran dari Bapak. Mamah memang ingin sekali punya menantu anak orang berada, jujur dalam lubuk hati ku yang terdalam, aku tidak mencintai mas Hardi, jauh sebelum aku mengenalnya.

Aku sudah 5 tahun menjalin hubungan dengan Resya, tetapi karena aku menolak lamaranya, lantaran aku bersikeras untuk melanjutkan S2 ku, Resya pun mundur dan kini sudah menikah dengan wanita lain. Meskipun sebenarnya hatiku masih sangat menyayanginya, pria yang 5 tahun menemani suka dan duka hidupku, bahkan aku menjadi pribadi yang lebih baik saat Resya masuk dalam kehidupanku, akhirnya aku terpaksa mengikuti kemauan mamah, karena aku sangat menyayanginya, aku tak akan mungkin bisa menyelesaikan studi S2 ku tanpa bantuan mamah. Meskipun separuh dari gajiku telah ku persembahkan untuk mamah, namun tetap saja aku masih merasa berhutang budi dengan wanita hebat yang sudah menjaminkan nyawanya untukku.

Pesta pernikahan impianku yang sedari dulu aku dambakan ahkirnya terwujud, aku sudah lama menabung untuk biaya pernikahanku, aku tak mau membebani mamah, calon mertuaku memberi dana yang cukup besar bahkan lebih besar dari tabunganku untuk biaya pernihakanku. Mertuaku juga sering mengajak kami liburan, mengirim uang belanja untukku. Namun mimpi yang menjadi nyata itu tak berlangsung lama, mas Hardi yang katanya mau jadi PNS sudah 5 kali gagal mengikuti tes. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, gajiku masih menjadi sumber utama, uang gaji mas Hardi hanya cukup untuk biaya transportasi nya, uang rokok dan uang makanya saja.

Mamah dan papah mertuaku juga sudah lama tak memberi bantuan finansial lagi. Semenjak itu aku sering ribut dengan mas Hardi. berawal dari hal sepele hingga masalah besar membuat kehidupan kami tak harmonis. Aku baru tahu sekarang sifat asli mas Hardi yang sebenarnya. Mas hardi orang yang sangat perhitungan, setiap aku memakai uang gajinya untuk membeli peralatan bayi dia selalu menagih uang itu.

Bahkan untuk membeli susu anakku pun ia tak mau mengeluarkan uang sepeserpun. Awalnya mertuaku menjanjikan untuk membayar semua biaya persalinanku, namun itu semua hanya bualan belaka, saat aku melahirkan mereka tak menampakkan diri, hingga aku keluar dari rumah sakit, barulah mereka menjeguku.Aku sangat terpukul sekali, setiap hari aku menangis meratapi nasib pernikahanku, aku merasa berdosa karena tak mau mendengarkan nasehat Bapak. Berkali – kali mamah meminta maaf kepadaku karena telah menuntut ku agar menikah dengan mas Hardi. Bahkan pernah aku berdua menangis semalaman di samping mamah.

Aku tidak menyangka bahwa orang tua mas Hardi hanya memanfaatkan kelihaianku untuk mencari uang, sementara mas Hardi di biarkan begitu saja numpang hidup dirumah mamah, saat itu aku tidak mau tinggal dirumah mas Hardi, karena bayiku tidak ada yang mengurus, jadi aku meminta mamah untuk menjaga bayiku. Hingga saat ini aku tetap menjadi tulang punggung untuk keluarga kecilku, terkadang terbesit dalam fikiranku untuk mengakhiri pernikahanku, tetapi bayi mungil yang tak berdosa ini selalu menjadi penguat agar aku tetap bisa bersabar, pasrah menerima apapun keadaan yang menimpaku saat ini. Toh juga ini semua karena kelalalaianku sendiri, andai saat itu aku tak tergiur dengan rumah mewah dan harta melimpah orang tua mas Hardi, pasti hidupku tak akan sepahit ini.

Harta dan kemewahan yang awalnya aku lihat begitu terpampang nyata, ternyata hanya sebuah fatamorgana. Aku terjebak fatamorgana yang begitu terencana dengan sangat apik sekali. Keluarga mas Hardi membalut rencana hebat di balik kebaikan dan kemewahan yang mereka tawarkan. Aku di siapkan menjadi ujung tombak untuk kehidupan anaknya, karena mereka tahu jikalau mas Hardi tak akan mampu membiayai hidupnya sendiri, maka dari itu mereka memintaku untuk menikah dengan anaknya, agar kehidupan anaknya bisa terjamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar