Selasa, 03 Desember 2019

Misteri kain merah


"Seperti ada orang di depan" batin Astie dengan berjalan gontai karena baru bangkit dari duduknya di sofa yang sebelumya membaca majalah sambil menikmati susu hangat."Haloooo..." teriak mengejutkan saat Astie baru membuka pintu. "Astagaa..." itulah respon spontannya seketika mendengarkan teriakan itu dengan terkejut. "Haduuhhh... Din.. Lain kali klo datang jangan misterius gitu deh. Ketuk pintu dulu atau bilang permisi gitu. Untung aja aku sekarang masih sehat lahir batin" omelan Astie pada Dinda teman sebayanya yang baru saja membuatnya kaget.Udah ngomelnya... Tadi itu aku mau ketuk pintunya tapi keduluan kamu buka pintu. Ya sudah jadinya gitu deh.." bantah Dinda yang sebelumnya mendengarkan omelan Astie sambil meniru gerakan mulut Astie dengan candaan.

"Yah..yahhh.. Masuk aja kalau begitu"Setelah beberapa saat mereka berbincang-bincang berbagai hal, akhirnya tibalah hal yang membuat Astie tercengang yaitu tentang "Per... Pernikahan""Jadi kamu mau menikah... Di umur 23 ? Nggak salah? Kamu masih mudah banget? Serius? Sama siapa?.." kemudian terpotong ucapan Dinda "Sttt... Mulai deh. Dengarkan dulu penjelasanya Astie kemudian bertanyalah""Oke.. Jelaskanlah""Baca dulu undangannya kalau ada yang tidak jelas tanya aja""Hahhh... Udah bikin undangan kok aku baru tau""Sudah baca dulu Astie"Asti membuka undangan dari Dinda yang bersampul coklat dengan hiasan inisial D dan A dengan enggan.

"Aryo Wirawan itu kan orang yang barusaja kamu ceritakan, sekarang tahu tahu udah mau...." dan terpotong lagi dengan pertanyaan Dinda "Sudah tidak ada yang mau ditanyakan?"Astie menggeleng dengan ekspresi yang datar tapi beberapa detik kemudian senyum-senyum sendiri dan kemudian tertawa."Kamu tidak apa-apa tie.. kok kayak gitu""Selamat yaa sahabatku tersayang akhirnya kamu nggak jones -jomblo ngenes- lagi. Aku akan siap sedia saat kau membutuhkanku demi kelancaran hari pentingmu nanti"“kebetulan nih... kamu kan suka belanja. Bisa tidak carikan baju seragam untuk keluarga dan kerabatku nanti”

“Bisa banget.. kalau gitu lebih baik beli kain terus dijahitin biar lebih murah”“Yah terserah deh.. kamu kan tahu banget tentang begituan. Aku percaya sama kamu”“Okedeh...” acungan jempol serta senyum tipis Astie  mengiringi ucapan tersebut.Tak perlu menunggu waktu lama sore itu setelah Dinda datang dan memberi kabar bahagianya Astie segera memanfaatkan keahlianya dalam berbelanja untuk sahabanya. Mol yang dipilih tidak jauh dari tempat tinggalnya sekitar 500 m saja dari rumahnya. Astie memang sengaja memilih tempat tinggal di dekat Mol karena itu memudahkannya untuk belanja.

Kesana kemari Astie mencari bahan untuk baju sendirian tanpa disadari matahari hampir terbenam. Menawar dan mencari terus dilakukannya tapi belum menemukan bahan yang cocok. Setelah beberapa saat ia menemukan kain yang cocok untuk baju seragam di pernikahan Dinda nanti.
“Biru warna kesukaan Dinda. Motifnya anggun dan cocok kalau dipakai tua muda dan pria wanita” pikirnya dengan meneliti setiap bagian kain tersebut apakah ada yang cacat atau memang sudah sempurna.“Ada yang bisa dibantu..” seorang laki-laki tiba-tiba muncul. Ternyata ia adalah karyawan toko kain tersebut.

“Emm... yang ini harganya berapa?” tanyanya dengan tetap meneliti kain setelah menoleh beberapa saat yang lalu karena kedatangan laki-laki itu.“Ini satu meternya 100 ribu. Bahannya bagus loh, baru datang juga dari distributornya”“Lebarnya berapa? Kok mahal sekali” Astie mulai menawar. Walaupun bahannya cocok dengan pilihannya namun harganya ia rasa terlalu tinggi.“Lebarnya 1.15 meter. Tapi ini memang bagus kok”“Saya tahu kalau bahanya bagus. Tapi kalau disesuaikan dengan kuantitas lebarnya dan kualitasnya harga setus ribu itu mahal sekali”“Mau beli berapa sih? Kalau tidak mau harga segitu ya tidak usah beli” Kata karyawan tersebut dengan culas. Seketika sikapnya yang ramah berubah.

“Saya mau beli banyak untuk baju seragam 50 meter nanti potongkan 2 meteran untuk satu orang, karena itu turunin sedikit yaa... 50 atau 60 ribu satu meter”“Tidak bisa...” karyawan tersebut pergi mengambil beberapa gulung kain dan memotongnya  beberapa lembar dengan mengukur kain tersebut dengan cepat “tunggu disini saja, saya akan potongkan kainnya ini baru dapat 10 lembar” ucap karyawan tersebut ketika Astie hendak mendekat.“Loh... kan kita baru tawar menawar kenapa kok langsung dipotong kainnya. Belum tentu juga saya mau beli kan harganya tidak sesuai.”“Ini sudah terlanjur... tadi kan bilang mau beli. Kalau sudah dipotongkan ya kalau begitu harus dibeli”

“Ini namanya pemaksaan... jual beli macam apa ini!. Sebelumnya tadi saya tawar menawar sama toko lain tapi pelayanannya tidak memaksa seperti ini. Saya tanya-tanya juga diladeni walaupun pada akhirnya saya masih tidak cocok” Astie mencoba menahan emosi dan melihat karyawan tersebut hanya diam dan menatapnya dengan misterius.Daripada Astie harus marah dia langsung beranjak dari toko tersebut dan mencari bahan di toko lainya. Akhirnya sebelum Mol di tutup sekitar jam 9 malam ia sudah membeli bahan yang dibutuhkan dan rencananya akan mencari penjahitnya besok.Keesokan HarinyaDap... dap... dap.... “Hmm... mungkin Dinda di depan. Biarin dia ketik pintu duludeh daripada ngagetin lagi” batin Astie.

Beberapa menit kamudian tak ada suara ketian pintu namun hanya ada suara orang berjalan di depan pintu. Astie begitu penasaran akhirnya dia memutuskan membuka pintu untuk melihatnya.
“Helloooo...” Teriak mengejutkan yang didengar Astie namun suaranya tidak seperti suara Dind Breaking News :Ditemukan mayat perempuan berinisial A di dalam rumahnya. Dalam keadaan gantung diri..... (bla).... (bla).....(bla)....” Suara TV yang baru saja Dinda dengarkanSetelah mendengarkan berita dari TV dia segera pergi ke rumah Astie dan sampainya di sana dia telah melihat garis polisi yang ada dalam rumah sahabatnya yang malang. Awalnya dia tidak diizinkan masuk oleh polisi karena ini dalam proses penyelidikan namun Dinda tetap memaksa dan menjelaskan semuanya.

Dengan didampingi polisi Dinda masuk dan melihat alat gantung diri yaitu berupa kain tidak seperti biasanya yang menggunakan tali. Kain itu adalah kain merah yang diceritakan Astie yang nantinya untuk bahan baju seragam pernikahan. Dan Dinda menceritakan semuanya kepada polisi. Karena dari data yang diperoleh panggilan terakhir ponsel Astie tertuju kepada Dinda.Polisi terus mencari petunjuk yang diperoleh dari Dinda dan para tetangga Astie. Melihat kejadian ini dibuat seperti kejadian bunuh diri tetapi menurut polisi yang dibantu detektif kejadian ini masih mengganjal. Karena dengan kondisi mental Astie yang sehat tidak mungkin Astie begitu saja melakukan hal semacam ini.

Melihat kain yang digunakan itu dipotong dengan guntung tidak dirobek biasa dengan tangan. Tetapi gunting yang ditemukan di rumah Astie yaitu gunting kecil biasa dan itupun tidak terlalu tajam. Kalau tidak tajam dan guntingnya kecil kemungkinan kainnya mungkin tidak akan rapi.  Dan tubuh Astie tidak berdarah kecuali di area gigi dan mulutnya. Tetapi DNA darah yang di temukan bukan milik Astie. Kemungkinan pelaku mempunyai luka gigitan Astie  dan memiliki gunting yang tajam.
Melihat berbagai petunjuk yang menunjukan bahwa Astie dibunuh kemungkinan pelaku yang melakukan tidak jauh dari sini. Karena pelaku telah mengenali keaadaan sekitar daerah rumah Astie sampai tidak ada orang yang mengetahui.

Ketika detektif keluar di depan pintu ia melihat di sekitar halaman yang terdapat jejak kaki yang sangat jelas. Sepertinya itu tidak seperti kaki Astie. Mungkin pelaku sengaja menginjak nginjak tanah hinga menimbulkan suara. Dan alas kaki pelaku mungkin penuh dengan tanah.Detektif dan polisi memulai pencarian dengan menelisik kegiatan yang dilakukan Astie sebelum ditemukan tewas. Tidak membutuhkan waktu lama hanya dalam sehari polisi menemukan tersangka pembunuhan. Karenan sehari sebelum Astie di temukan tewas ia telah bertemu tersangkanya.

Polisi mengintrogasinya dan memeriksanya hingga mengakui kesalahanya namun sepertinya tidak merasa bersalah karena menurut pemeriksaan dia memiliki gangguan mental sejenis Bipolar Disorder dan saat ia marah seketika ia bisa menjadi Psikopat karena tak bisa mengendalikannya.“Saat pulang dari toko dua hari yang lalu aku melihat dia yang memasuki rumah ternyata rumahnya tak jauh. Dan aku melihat guntingku yang biasanya aku bawa saat bekerja, dan terpikirkan olehku untuk membalas kelakuanya. Karena dia aku dimarahai majikanku dan membuatnya merugi.

Dan pagi harinya aku datang kerumahnya dengan membawa alat kerjaku –gunting. Setelah menyapanya aku melihat tumpukan kain merah. Karena kain itu dia menghianati kain yang sudah lelah aku potongkan. Akhirnya aku membantunya memotong kain merah itu. Tetapi dia cerewet sekali sehingga aku ingin membungkamnya dengan kain yang sudah aku potong. Dia memang tidak tahu terima kasih sudah ku bantu namun masih suka marah-marah dan dia telah menggigitku.

Dan akhirnya aku putuskan aku akan melancarkan niatku. Aku tahu disekitar situ tidak ada orang karena aku sering melewati jalan ini saat berangkat kerja. Dan aku akan menemaninya sebentar. Tapi dia diam saja ketika aku ajak bicara sepertinya dia asik berayun dengan kain itu, akhirnya aku pergi kerja saja. “ Pengakuan tersangkaDan ternyata pembunuhnya adalah karyawan aneh yang membuat keributan di toko kain majikannya. Dan selain membuat Astie kesal dia juga membuat Astie berakhir dengan malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar